![]() |
Salah Seorang Peserta bertanya. |
“ Ibu, saya
pernah melihat seorang siswa menggosokkan kemaluannya ke dinding toilet. Saat
itu acara mandi setelah beraktifitas. Apa respon yang bijak saat menemui
peristiwa seperti itu?” tanya seorang ibu guru peserta seminar.
Saya
menggali lebih jauh, siapa saja yang sedang bersama anak itu dalam kamar mandi
serta a-b-c tentang peristiwa itu.Setelah cukup jlas barulah saya menjawab.
Pertama,
setiap kasus harus ditangani dengan hati-hati untuk melokalisir masalah dan
mengurangi meluasnya dampak kepada yang melakukan atau anak-anak lain. Jadi
saya anjurkan ibu guru pada saat itu menghentikan aktifitas si anak tersebut,
misal dengan mengatakan:
“Ayo sudah
acara mandinya, kita akan melakukan aktifitas lain....”
Kemudian
secara pribadi tanyailah anak itu tentang maksud perbuatannya. Dengan cara yang
halus dan tak terkesan menginterogasi.
Misal:
“Mas tadi di
tembok sedang ngapain?...”
“Ya mana bu
guru?’
“Itu saat
mandi tadi kamu gosok-gosok apa?”
Mungkin anak
akan membuat alasan atau tujuannya. Bisa jadi pula si anak akan jadi malu dan
tidak mau mengaku. Tida apa-apa, kita tetap menasehati saja.
“Lain kali
jangan ya Mas. Kemaluan ini bagian tubuh yang harus dilindungi, dijaga, jangan
sampai luka. Perbuatan itu bisa melukai. Kalau luka nanti kan sakit...janji ya
tidak melakukan lagi?”
Perbuatan anak
tidak bisa langsung dipersepsi secara dewasa. Misal kita menganggap ia telah
melakukan onani. Padahal mungkin ia merasa gatal, dan menggosok itu membuatnya
nyaman seperti menggaruk. Tentu nasehat kita berbeda jika ia memang bertujuan
memperoleh rasa kepuasan tertentu.
Apapun
alasannya, memang kita tak bisa membiarkannya berlalu tanpa respon yang tepat.
Kadangkala anak melakukan onani berawal dari ketidak sengajaan. Karena menemukan
kenyamanan walau ia tak tahu namanya, maka bisa jadi ia akan mengulanginya
lagi.
Kepada
beberapa anak lain yang sempat menyaksikan dan memperhatikan aktifitas temannya
tadi, juga perlu ditanyai pendapatnya dan diberikan nasehat yang tepat. Secara
terpisah.
Tap perlu
kita menyampaikan masalah tadi secara terbuka di hadapan anak lain yang tidak
tahu.
Kepada orang
tua anak tersebut, juga perlu disampaikan dengan hati-hati. Agar orang tua ikut
memperhatikan apakah itu hanya peristiwa sesaat atau dilakukan berulang.
Selain itu
saya juga nasehatkan untuk memisahkan tempat mandi anak laki-laki dan anak
perempuan. Jika anak tk terpaksa mandi bersama, minimal mereka memakai celana
dalam, sehingga tidak saling melihat kemaluan satu sama lain.
Saat mereka
berganti baju juga di ruang tertutup.
Masih banyak
PR kita sebagai pendidik untuk terus
belajar mengangani kasus-kasus yang terus berkembang.
Semoga
generasi muda dan kita semua dijauhkan dari berbagai kejahatan, amiin.
![]() |
Ida Nur Laela |
![]() |
Bersama para ibu guru |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar