Selasa, 16 September 2014

Waspadai prilaku Penyimpangan Seksual pada Anak

Pada hari Rabu, 25 juni 2014, kami diundang untuk mengisi tentang pendidikan seksual untuk orang tua siswa PAUD IT   As-Salima di Magelang.



Salah Seorang Peserta bertanya.


“ Ibu, saya pernah melihat seorang siswa menggosokkan kemaluannya ke dinding toilet. Saat itu acara mandi setelah beraktifitas. Apa respon yang bijak saat menemui peristiwa seperti itu?” tanya seorang ibu guru peserta seminar.

Saya menggali lebih jauh, siapa saja yang sedang bersama anak itu dalam kamar mandi serta a-b-c tentang peristiwa itu.Setelah cukup jlas barulah saya menjawab.

Pertama, setiap kasus harus ditangani dengan hati-hati untuk melokalisir masalah dan mengurangi meluasnya dampak kepada yang melakukan atau anak-anak lain. Jadi saya anjurkan ibu guru pada saat itu menghentikan aktifitas si anak tersebut, misal dengan mengatakan:

“Ayo sudah acara mandinya, kita akan melakukan aktifitas lain....”
Kemudian secara pribadi tanyailah anak itu tentang maksud perbuatannya. Dengan cara yang halus dan tak terkesan menginterogasi.

Misal:
“Mas tadi di tembok sedang ngapain?...”
“Ya mana bu guru?’
“Itu saat mandi tadi kamu gosok-gosok apa?”

Mungkin anak akan membuat alasan atau tujuannya. Bisa jadi pula si anak akan jadi malu dan tidak mau mengaku. Tida apa-apa, kita tetap menasehati saja.
“Lain kali jangan ya Mas. Kemaluan ini bagian tubuh yang harus dilindungi, dijaga, jangan sampai luka. Perbuatan itu bisa melukai. Kalau luka nanti kan sakit...janji ya tidak melakukan lagi?”

Perbuatan anak tidak bisa langsung dipersepsi secara dewasa. Misal kita menganggap ia telah melakukan onani. Padahal mungkin ia merasa gatal, dan menggosok itu membuatnya nyaman seperti menggaruk. Tentu nasehat kita berbeda jika ia memang bertujuan memperoleh rasa kepuasan tertentu.

Apapun alasannya, memang kita tak bisa membiarkannya berlalu tanpa respon yang tepat. Kadangkala anak melakukan onani berawal dari ketidak sengajaan. Karena menemukan kenyamanan walau ia tak tahu namanya, maka bisa jadi ia akan mengulanginya lagi.

Kepada beberapa anak lain yang sempat menyaksikan dan memperhatikan aktifitas temannya tadi, juga perlu ditanyai pendapatnya dan diberikan nasehat yang tepat. Secara terpisah.

Tap perlu kita menyampaikan masalah tadi secara terbuka di hadapan anak lain yang tidak tahu.

Kepada orang tua anak tersebut, juga perlu disampaikan dengan hati-hati. Agar orang tua ikut memperhatikan apakah itu hanya peristiwa sesaat atau dilakukan berulang.
Selain itu saya juga nasehatkan untuk memisahkan tempat mandi anak laki-laki dan anak perempuan. Jika anak tk terpaksa mandi bersama, minimal mereka memakai celana dalam, sehingga tidak saling melihat kemaluan satu sama lain.
Saat mereka berganti baju juga di ruang tertutup.

Masih banyak PR kita sebagai pendidik untuk  terus belajar mengangani kasus-kasus yang terus berkembang.
Semoga generasi muda dan kita semua dijauhkan dari berbagai kejahatan, amiin.


Ida Nur Laela

Bersama para ibu guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar